Legenda Si Badang Perkasa Tanah Melayu
Berawal dari melaksanakan tugas ke Kecamatan Buru salah satu kecamatan di wilayah administrasi Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, menyempatkan diri untuk singgah ke Makam Si Badang yang terkenal akan keperkasaannya (Badang Perkasa) maka penulis menyadur dari berbagai sumber salah satu versi cerita atau legenda si Badang ini, karena ada beberapa versi cerita rakyat.
Apabila bangsa Yunani mempunyai Hercules, maka masyarakat melayu juga mempunyai Herculesnya sendiri.Namanya Badang, manusia bertenaga raksasa yang mempunyai kekuatan luar biasa sering di sanjung oleh buku-buku sejarah sebagai pendekar melayu yang gagah perkasa.
Dari pelabuhan Buru, makam ini bisa di capai satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Jika anda belum pernah mengunjungi makam si Badang, sebaiknya anda minta tolong dengan penduduk setempat atau tukang ojek untuk menemani atau memberi petunjuk jalannya. Sebab, meski jalur yang di lalui merupakan jalan yang beraspal, namun sampai di jalan masuk kelokasi makam, medannya cukup sulit sebab harus melintas jalan setapak yang kanan kirinya dikepung pepohonan karet milik warga.
Pulau kecil itu memiliki penduduk dari berbagai etnis Melayu dan China yang kebanyakannya bermata pencarian sebagai petani dan nelayan. Hampir semua penduduk setempat mengetahui arah menuju ke makam Badang.
Banyak buku sejarah Melayu yang menyatakan bahwa makam Badang terletak di tengah Pulau Buru, tepatnya di pertengahan pulau ini, karena jarak untuk ke laut sama persis dari arah timur dan barat makam itu. Hal ini juga dibuktikan dengan tanda-tanda di batu nisan yang pada bagian kepalanya terdapat ukiran “XIII” yang mungkin saja menandakan bahwa makam tersebut wujud pada sekitar tahun 1300 yaitu pada abad ke-14 masa kegemilangan Badang.
Namun, menurut beberapa catatan di dalam buku-buku sejarah, cerita mengenai Badang itu mungkin hanya merupakan satu mitos yang menjadi bahan bagi buku cerita anak-anak mengenai kisah masa lalu. Apakah cerita Badang itu benar, pahlawan Sri Rana Wikerna (Raja Temasik kedua) memang benar-benar ada pada saat itu.
Enam abad kemudian, pada saat ini keberadaan Badang perkasa itu hanya dapat dibuktikan dengan letak makamnya.
Dalam buku yang berjudul An Anecdotal History of Old Times in Singapore 1819-1867 karya Charles Burto Buckley, yang menyatakan makam Badang terletak di muara sungai Singapura. Namun, sejarah melayu menyatakan makam pahlawan itu berada di pertengahan pulau Buru, sebuah pulau kecil di Kepulauan Riau yang sekarang sudah menjadi Provinsi Kepulauan Riau. Sebuah makam yang di katakan tempat Badang perkasa bersemedi, makam itu memiliki panjang hampir tiga meter , dengan nisan purba terletak didalam hutan rimba Pulau Buru yang bersebelahan dengan pulau Karimun Besar ( Kabupaten Karimun ).
Lokasi persis makam si Badang ini memang lumanyan jauh, masuk kedalam hutan karet. Dari jalan raya, berkisar hingga tiga hingga empat kilo meter. Posisinya sendiri, terdiam dikawasan lapang berluas tak lebih dari 30mx30m. Sekelilingnya, terdapat aneka rupa pohon hutan berukuran besar. Satu diantaranya adalah pohon gaharu yang terlihat berumur puluhan tahun.
Bagian depan makam ini terdapat sebuah gapura yang berfungsi sebagai pintu gerbang bertinggi empat meter lebih. Bertuliskan “situs cagar budaya makam Badang Pulau Buru,” gapura ini dicat dengan menggunakan warna kuning, sama persis dengan warna bangunan utama, tempat makam si Badang berada. Sementara bagian lis-nya, dibaluri warna hijau terang. Terlihat resik, rapi dan asri.
Sejak ditemukan keberadaanya, makam si Badang ini banyak diziarahi orang. Tidak saja warga Karimun tetapi juga dari daerah lain termasuk mereka dari negeri tetangga singapura dan malaysia. Uniknya, kalau berziarah ke sini, Anda akan menemukan sembilan tongkat kayu yang berada dan digeletakkan di atas pusarannya. Dengan tongkat inilah biasanya orang melakukan ‘rutual’ yakni mengukur panjang makam si Badang. Caranya cukup dengan merentangkan kedua tangan mengikut panjang tongkat. Lalu tongkat di letakan ke posisi semula, yakni antara nisan yang berada di bagian kepala dengan yaang ada di bagian kaki.
Selang beberapa menit kemudian, tongkat kembali dengan diukur dengan cara yang sama yakni menggunakan tangan yang direntangkan ke kayu. Nah, saat mengukur panjang tongkat inilah, orang kerap kali menddapati ukuran yang berbeda-beda. Ada yang lebih dua jari dari ukuran semula, ada juga yang kurang hingga satu kepalan tangan.
Kalau ternyata ukurannya berlebih, kata orang, itu bermakna si Peziarah bakal mendapat berkah, rizki berlimbah dan umur yang panjang. Sebaliknya kalau ukurannya berkurang, peruntungannya sempin dan umurnya juga pendek. Nah, soal benar atau tidaknya, terpulang padda keyakinan masing-masing. Anda sendiri, kalau tengah berada di sana, silahkan, mau mencoba boleh tidak pun tidak masalah. Tapi jikalau anda pensaran dan mau menjajalnya, tak perlu risau. Toh, apapun hasilnya, soal rezeki, umur, jodoh, sudah ada yang mengatur. Tidak ada kekuatan lain yang sanggup mengurusinya kecuali Tuhan.
Dan yang uniknya lagi dalam buku yang berjudul An Anecdotal History of Old Times in Singapore 1819-1867 karya Charles Burto Buckley, yang menyatakan makam Badang terletak di muara sungai Singapura. Namun, sejarah melayu menyatakan makam pahlawan itu berada di pertengahan pulau Buru, sebuah pulau kecil di Kepulauan Riau yang sekarang sudah menjadi Provinsi Kepulauan Riau. Sebuah makam yang di katakan tempat Badang perkasa bersemedi, makam itu memiliki panjang hampir tiga meter , dengan nisan purba terletak didalam hutan rimba Pulau Buru yang bersebelahan dengan pulau Karimun Besar ( Kabupaten Karimun ).
Cerita Rakyat Si Badang Perkasa
Badang adalah seorang laki laki keturunan Siam dari Sayong Pinang pada zaman dahulu kala, lokasi Sayong Pinang saat ini adalah Johor Malaysia. Badang berasal dari keluarga petani miskin, kedua orang tuanya harus bekerja hingga akhir hayat dengan bertani namun badang bekerja ditempat lain yang jauh yaitu di Salung atau Saluang . Ia menjadi kuli bagi Orang Kaya Nira Sura , Salung saat ini adalah Aceh di Sumatera Utara Indonesia.
Badang tidak bekerja sendirian, mereka bekerja dalam grup dan dalam grup tersebut Badang lah satu satunya pekerja yang memiliki postur badan paling kecil, ringkih dan rapuh. Ia kuli (pekerja kasar) terlemah diantara teman temannya. Pekerjaan mereka adalah menebas hutan untuk membuka ladang baru. Upah kerja seorang kuli pada masa itu bukan uang, tapi hanya beberapa genggam beras saja. Dan beras yang Badang dapatkan tidak dapat mengenyangkan perutnya bila di tanak, ia pun mencari makanan pelengkap lainnya yaitu ikan. Sepulang kerja ia selalu duduk dipinggiran sungai yang banyak ikannya. Badang membuat lukah atau bubu atau perangkap ikan dari bambu dan memasang perangkap itu di sungai. Setiap sore sepulang kerja Badang rajin memasang lukah dan memungut hasilnya di pagi hari berikutnya.
Pada suatu pagi ia terkejut melihat perangkap ikannya kosong, tidak ada seekor ikan pun didalam lukah namun banyak tulang dan sisik ikan berserakan. Ia menduga ada binatang yang telah memakan ikan ikan dalam lukah. Keesokan paginya kejadian yang sama berulang dan berulang lagi. Badang pun marah sebab semua ikan tangkapannya habis dan menyisakan tulang belulang saja.
Esok sorenya ia merencakanan untuk menangkap binatang yang memakan ikan dalam lukah, ia berpikir mungkin itu kerjaan binatang buas dan Badang membawa sebilah parang lalu bersembunyi dalam semak sekitar sungai, kelelahan seharian kerja dan emosi membuat ia tertidur pulas dan bermimpi. Dalam mimpi itu ia seakan akan berada dalam sebuah perahu yang penuh dengan muatan dagang, ia juga mampu mengangkat sebuah batu besar dan melemparkannya ke udara hingga batu itu melayang jauh dan jatuh di muara sungai. Ia bermimpi hidup mewah kaya raya bersama ibu, ayah dan adik adiknya. Namun di dalam mimpi ia juga menelan muntahan dari suatu mahluk mengerikan. Badang lalu tersentak kaget dari tidur dan ketakutan.
Ketika subuh tiba, Badang benar benar melihat mahluk mengerikan dalam mimpinya wujud, mahluk itu adakah Hantu Air (Jembalang Air). Memiliki perawakan tinggi melebihi tinggi rumah Badang dengan rambut panjang sepinggang dan janggut menutupi dada yang berbulu dan sangat menyeramkan. Ada sepasang tanduk dikepala dan taring yang keluar dari rahang atas, matanya merah redup seperti mata binatang liar. Ia mendekati lukah yang penuh ikan, membawanya kepinggir sungai dan mulai melahap semua ikan ikan dengan menyisakan tulangnya saja. Setelah habis semua ikan di dalam lukah lalu ia tertidur pulas, sedari tadi hanya bisa memperhatikan membuat rasa amarah Badang mengalahkan rasa takutnya, ia pun mengendap endap dan mengikat rambut hantu itu dengan jaring lalu menindih jaring itu dengan batu besar.Sambil mengayun ayunkan parang Badang membentak dan menghardik hantu itu.
Tiba tiba hantu itu berubah menjadi melas ,memohon ampun dan minta dikasihani, hantu itu berjanji akan mengabulkan apapun permintaan Badang asal ia dilepaskan. Awalnya Badang ingin menjadi tidak terlihat (invisible) tapi ia takut diburu dan kemudian dibunuh orang. Lalu Badang berkeinginan menjadi kaya raya, tapi ia tahu segala harta yang akan dimilikinya sebenarnya milik tuannya. Dan Badang pun meminta agar ia menjadi kuat agar ia tidak lelah mengerjakan pekerjaannya menebas hutan. Hantu itu mengatakan jika ia ingin kekuatan maka ia harus menelan semua muntahan dari mulutnya. Sang Hantu mengambil selembar daun dan memuntahkan semua ikan ikan yang tadi dimakannya dan Badang memakan habis semua muntahan itu ( dalam versi lain diceritakan Hantu memuntahkan dua batu Geliga Merah yang harus ditelan). Badang telah merasakan adanya kekuatan dalam dirinya dan ia pun mengujinya pada sebatang pohon ditepi sungai, ia dengan mudah mencabut pohon itu dengan satu tangan saja sebab tangan lainnya masih menggenggam jaring yang mengikat rambut hantu air. Setelah itu ia melepaskan Hantu air. Dan hantu air berjanji tidak akan pernah mengusik lukahnya lagi. Dalam perjalanan pulang kerumah Badang menguji kekuatannya pada pohon pohon dijalan, pohon pohon itu dengan mudah dicabutnya.
Saat itu Orang Kaya Nira Sura ingin membuka lahan baru yang luas di Baruah dan Badang membabat habis lahan baru itu seorang diri dalam sekejap lalu kembali kehadapan Nira Sura . Nira Sura mengira Badang tidak pergi ke hutan menebang pohon dan Badang menjelaskan bahwa ia sudah meratakan hutan dimaksud sendirian, Nira Sura terkejut dan ingin tahu bagaimana Badang bisa melakukannya, Badang lalu menceritakan semuanya. Terenyuh mendengar kisah Badang, Nira Sura lalu membebaskan Badang dari status budaknya dengan janji bahwa Badang tidak boleh pamer kekuatan dan hanya boleh menolong sesama untuk kebaikan.
Karena Badang sudah bebas dari status budak orang kaya Nira Sura, maka ia berhak bekerja pada siapapun yang ia mau, ia sudah bebas dan ia bekerja pada beberapa orang sebelum berangkat ke sebuah bandar yang bernama Temasek, lokasi Temasek saat ini adalah Singapura.( dalam versi lain diceritakan Nira Sura lah yang mempersembahkan Badang kepada Raja Temasek)
Suatu hari ketika Badang sedang bersantai diteras rumahnya yang baru di Temasek, ia melihat 50 orang sedang berusaha mendorong sebuah kapal besar yang berat kelaut. Badang menawarkan bantuannya namun ditolak oleh mereka dengan mengatakan orang sekecil ia tidak akan mampu melakukannya. Raja Seri Rena Wikrama ( juga disebut Raja Seri Rena Wira Kerma) telah mengirim 300 orang untuk mendorong kapal namun sia sia, kapal tidak bergerak sedikitpun. Ketika Raja mengetahui permintaan Badang ditolak, Raja berinisiatif memberikan kesempatan pada Badang untuk mencoba. Dihadapan 300 orang dan Raja Seri Rena Wikrama Badang berhasil mendorong kapal itu kelaut sendirian, semua mata yang melihat terkejut dan tidak percaya. Raja lalu memanggil Badang ke istana dan mengangkat Badang menjadi Panglima Militer Tertinggi.
Sejak saat itu Badang sering dimintai tolong dalam hal kebaikan. Suatu hari Raja meminta Badang untuk mengumpulkan daun kuras yang enak rasanya di Kuala Sayong Sumatera Utara, Badang berlayar sendiri kesana dan setibanya ia memanjat sebuah pohon kuras, tapi dahan pohon tersebut rapuh lalu Badang terhempas jatuh ke bawah dan kepalanya menghantam batu. Sungguh ajaib, batu itu terbelah dua sedangkan kepala Badang tidak terluka sedikitpun! Batu Belah saat ini masih ada di Aceh.
Seiring berjalannya waktu ketenaran Badang terdengar hingga ke India. Seorang Raja disana ingin menguji tanding kekuatan Badang dengan kesatria mereka yang bernama Nadi Bijaya (atau Wadi Bijaya) .Kesatria ini berlayar ke tanah Melayu membawa 7 buah kapal penuh muatan barang dagang , sesuai dengan titah (perintah Raja India) bahwa yang kalah harus menyerahkan 7 kapal penuh barang dagang. Dan tantangan ini disambut ramah oleh Raja Seri Rena Wikrama.
Badang lalu bertarung melawan Nadi Bijaya, namun dari hasilnya selalu imbang. Akhirnya Nadi Bijaya mengusulkan agar siapa yang mampu mengangkat batu besar didepan istana sebagai pemenangnya. lalu Nadi mengangkat batu besar itu setinggi lutut dan meletakkannya kembali ke tanah. Ketika giliran Badang, ia mengangkat batu hingga ke atas kepala lalu melemparkannya kelaut!. Nadi Bijaya mengaku kalah dan menyerahkan 7 buah kapal dagang kepada Badang.
Badang mengabdi kepada Raja Temasek untuk beberapa lama, ia berhasil mengalahkan banyak jawara dari kerajaan kerajaan lain termasuk dari tanah Jawa. Badang mulai merasa bosan dengan kehidupannya dan mengundurkan diri sebagai Kesatria Temasek dan kembali ke Sumatera. Disana ia menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal. Raja India yang pernah mengirim Nadi Bijaya merasa sedih mendengar kematian Badang, ia lalu mengirim batu pualam indah untuk ditempatkan bagian kepala makam Badang.
Comments
Post a Comment